Akhirnya tiba saatnya saya menceritakan sedikit banyak mengenai Personal Learning Environment (PLE). Namun sebelum masuk ke PLE, ada baiknya kalau saya ceritakan dulu apa yang melatarbelakangi ide PLE ini.
Learning and Informal Learning
Skala perubahan sosial-ekonomi, transisi pesat ke arah masyarakat berbasis pengetahuan serta tekanan demografi akibat populasi yang menua di eropa adalah semua tantangan yang membutuhkan pendekatan baru bagi pendidikan dan pelatihan, dalam framework lifelong learning. Dalam kalimat singkatnya, perkembangan teknologi di tahun-tahun belakangan ini membuat pengetahuan yang dimiliki oleh orang-orang menjadi semakin cepat basi aka out-of-date. Selain itu, implementasi teknologi dalam lingkungan kerja seiring dengan instabilitas lapangan kerja menjadi alasan agar para pekerja untuk terus memutakhirkan (update) ketrampilan dan pengetahuannya ataupun mempelajari keahlian-keahlian baru. Gentingnya tantangan ini mendorong EU untuk merundingkan persoalan ini dalam council meeting di Lisabon dan Stockholm. Dari sana lahirlah sebuah rencana untuk mengimplementasikan lifelong learning (LLL). LLL dapat didefinisikan sebagai aktivitas yang dilakukan oleh orang-orang sepanjang hidup mereka untuk meningkatkan pengetahuan, skill dan kompetensi mereka dalam bidang tertentu atas dasar alasan-alasan pribadi, kemasyarakatan ataupun pekerjaan. Namun, dalam pelaksanaannya langkah-langkah yang diambil oleh pemerintah eropa lebih menitikberatkan kepada peningkatan pendidikan formal, pelatihan formal ataupun workshop-workshop.
Dalam kenyataannya, seseorang mempelajari dan menimba ilmu untuk melakukan pekerjaannya secara informal. Pelatihan formal dan workshop hanya menyumbang 10% - 20% dari apa yang dipelajari dalam bekerja. Conner menyebutkan bahwa kebanyakan orang belajar lewat pengalaman selama bekerja (>33%), interaksi dengan rekan kerja (>18%), instruksi atau nasehat dari kolega (10%), dan pelatihan (10%). Hal-hal ini dikategorikan sebagai informal learning. Kebanyakan perusahaan lebih banyak menginvestasikan anggaran bagi pendidikan atau pelatihan formal tetapi melupakan cara untuk belajar yang lebih alamiah dan sederhana.
Banyak pekerja berpengetahuan (knowledge worker) ingin belajar (learn) tetapi tidak suka untuk dilatih (trained) atau diinstruksi. Training adalah sesuatu yang dibebankan atau dipaksakan terhadap seseorang, sedangkan learning adalah sesuatu yang mereka pilih. Oleh karena itulah, para pekerja berpengetahuan berkembang dengan pesat ketika diberi kebebasan untuk menentukan bagaimana cara mereka belajar. Bagi orang-orang ini, formal learning bagaikan pergi ke suatu tempat dengan naik bus, yaitu supir menentukan jalur-jalur yang akan ditempuh. Di lain pihak, informal learning bagaikan mengendarai motor, di mana pengendara bebas menentukan tujuan dan rute yang akan dilalui. Pengendara motor ini bebas untuk mengambil jalan memutar, baik untuk menikmati pemandangan ataupun membantu pengendara yang lain.
Dari fenomena-fenomena ini, yaitu LLL dan informal learning, didukung oleh perkembangan teknologi informasi dan komunikasi muncul pertanyaan, apakah mungkin untuk memfasilitasi LLL dan informal learning dengan bantuan teknologi infomasi dan komunikasi?
1 comment:
kbetulan saya jg lagi me reinisiasi keinginan lama buat bikin learning system yg bagus tapi sederhana, komersial project sih tapi rencana besarnya tetep buat dipake masya sebanyak mungkin seperti MIT-OCW, jadi ditunggu nih analisis mendalamnya mudah2an bisa ngambil manfaat :p
Post a Comment