Gak kerasa udah semester ke-4 gw kuliah di RWTH Aachen. Ga kerasa juga kalau ternyata udah dua kali merasakan lebaran di negeri orang. Na ja, namanya juga merantau dan berjihad ^^.
Sampai saat ini rasanya saya belum pernah cerita bagaimana situasi belajar di sini dan bagaimana cara saya menghadapinya. Kalau meninjau kilas balik bagaimana saya kuliah di waktu bachelor dulu (ITB) kayaknya cukup beda deh. Waktu itu, cukup dengan disuapin oleh dosen dan para asisten, maka saya bisa dengan cukup lancar melewati masa-masa perkuliahan sampai ke tahap tingkat akhir (semester 7 dan 8). Begitu di semester 7 dan 8, barulah saya merasakan pentingnya untuk melakukan literature research dengan lebih baik lagi. Akhirnya atas saran dari pembimbing tugas akhir, saya memanfaatkan citeseer sebagai academic searching tools pribadi saya. Google pada waktu itu menjadi fasilitas utama saya untuk melakukan pencarian di bidang non-academic. So, kalau urusan manga, anime dan game, kepada Bang Google lah aku memanjatkan query ^^. Lalu dengan kedua hal itu, dan sedikit buku-buku pegangan yang didapat di perpustakaan, selesailah kuliah bachelor saya. Perpustakaan informatik ITB bagi saya adalah suatu tempat sangat asing dan tidak pantas untuk dikunjungi. Apa menariknya sih perpustakaan?
Namun, ternyata hal itu tidak berlaku untuk dilakukan di perkuliakan di sini, program M.Sc of Software System Engineering aka Infomatik an der RWTH Aachen. Saya kebetulan tidak mengetahui secara persis bagaimana kuliah anak-anak Diplom Informatik di tahap vordiplom, tetapi kalau untuk tahapan hauptdiplom atau kuliah anak-anak Master saya bisa cerita. Dimulai dengan saat pertama saya mengambil kuliah Statistical Methods in Natural Language Processing, dan diberi PR aka exercise aka uebung oleh asisten. Ternyata saya hanya sanggup mengikuti 3 kali tutorialnya. Saya ga mampu untuk mengerjakan PR di bidang statistik yang bagi saya sangat sulit. Terutama setelah saya bertanya kepada asisten tentang apakah ada buku panduan (textbook) yang dipakai dalam kuliah ini. Jawabannya adalah tidak ada, karena bahan perkuliahan adalah bahan yang uptodate yang sedang diriset oleh institut dan diresumekan dari berbagai sumber dan literatur.
Akhirnya, saya mengambil kuliah-kuliah yang mempunyai buku pegangan utama saja, sebab yaa bagaimana kalau suatu saat saya lagi bolos dan PR diambil dari bahan hari itu. Kan saya ga bisa ngerjain. Namun, semua itu akhirnya berubah setelah semester kedua. Di semester itu saya mulai memanfaatkan google sebagai academic searching tools pribadi. Sungguh mengagetkan bahwa ternyata bahan kuliah di berbagai universitas itu rata-rata sama. Bahkan ada beberapa slide presetasi yang dipakai oleh beberapa universitas, lucunya bahkan isi dan template-nya pun sama persis. Dengan begitu, cara pengerjaan PR-pun akhirnya saya ubah. Saat ada soal yang tidak dimengerti, segeralah kubuka citeseer (kalau perlu), lalu google, diikuti oleh google scholar untuk mencari tahu materi-materi sejenis yang ada di internet. Ternyata dengan sedikit ngotot (dan cukup banyak waktu bagi saya), banyak PR bisa dikerjakan, bahkan mendapat nilai sempurna aka voll Punkte.
Namun ternyata, di semester 3, ada hal yang lebih mengagetkan lagi. Bahan-bahan yang diajarkan di perkuliahan itu kan pada dasarnya diambil dari textbook (bagi yang berpegang pada satu atau beberapa textbook utama). Maka pergilah ke perpustakaan dan cari buku-buku di sana. Kesalahan saya selama 2 semester awal adalah ketidakmauan (super males lagi....) untuk membaca textbook bahasa jerman. Dan sialnya rata-rata professor dan asisten di sini ternyata mengambil bahan PR dari textbook jerman. So, kalau ada PR, yang pertama kali dibaca adalah textbook jerman. Sebab, ternyata professor dan asisten (yang kebetulan rata-rata orang jerman) sukanya ngambil bahan dari textbook jerman. Jadi walaupun bahasa jerman saya super kaputt - gemaputt, apa boleh buat. The need of survival memaksa saya buat mengkonsumsi beberapa textbook jerman.
Ternyata setelah saya resumekan, intinya cuma dua kalau mau ngerjain PR, yaitu textbook di perpustakaan dan Abang Google tersayang.
9 comments:
Hahahaha dasar ...
Makanya jangan males kalau disuruh ke perpustakaan. Walaupun emang kalau di perpustakaan itu suka ngantuk :D Dududdu sama bangets seh, aku kalau disuruh ke perpustakaan ajah suka males banget. Mau melangkahkan kaki ke perpus kayaknya susah banget, lebih mudah ke BIP kaleee ...:D
Tapi karena tuntutan tesis kala itu, so aku juga memaksakan diri untuk ke perpustakaan .. you know lah siapa itu pembimbingku heheheh... so enjoy on your library ;;)
Thanx Mba. Klo ga salah tuh Bu Inge ya pembimbingnya?
yup, right ;) kapan balik ke Ind?
Balik ke Indo? Ntar2 Mba, klo thesis udah kelar ^^
Wew... sumber yang paling utama ga dipake pak?? itu loh... prens!!! :D hihihihi... Kan sesama "nakama" harus saling tolong menolong :p hahahahaha Bersatu kita teguh, bercerai saya runtuh deh pokoknya :p hehehehhe
Hehehe..itu tentunya dipakai juga. Tapi di sini, gw sering ngambil kuliah yang ga ada orang indonya..so susah buat belajar bareng. Trus gw juga ngambil kuliah yang anak master SSE-nya (yang berbahasa inggris) sedikit. Ya udah, nasib ^^
wah padahal perpus if bagus loh mas. untuk kuliah basis data, network dan grafika semua sumber ada.
bahkan yang paling kerasa pas ngambil kuliah citra. ga ada buku, jadinya pinjem ke perpus, semua algoritma lengkap. cari di internet malah susah.
Nyari di internet malah susah untuk kuliah citra? hmm...wew, ini sebuah klaim yang baru kudengar ^^
Bro mau tau cara dapet beasiswa ke rwth,bingung mau daftar dimana
Post a Comment